Mengenai Saya

suka suasana alam d rumah. Sering bgt..merasa profesi tetangga lebih menjanjikan daripada profesi sendiri. Dan skarang berusaha mencintai farmasi..

Senin, 13 Desember 2010

dia the unknown

PROLOG
Mencintai, memiliki perasaan sederhana itu seolah mengatakan betapa menyenangkan dunia itu. Saat dihampiri perasaan itu, dunia bukan lagi tempat menjemukan berisi hal-hal percuma, yang berkutat antara kerja dan kerja. Banyak yang tertipu oleh perasaan itu, tapi, tak dilarang, tanpa cinta pastilah dunia terasa hampa *pujangga mode-on*  dan tanpa cinta pasti juga gak akan ada kedamaian di dunia ini –betul ‘kan?- tapi beda antara cinta dan benci sangat tipis. Kalau kamu mencintai seseorang, pasti juga memikirkannya, sama saja dengan benci kan? Kamu juga akan memikirkannya dan satu saat, perasaan cintamu bisa berubah menjadi benci, dan di sisi lain, perasaan bencimu bisa jadi cinta. Dan tak bisa dipungkiri bila Minnie merasakan hal itu juga, karena dia hanyalah manusia biasa yang juga dihinggapi perasaan itu.
Cinta bukanlah bisnis, bukanlah mainan, dan cinta mebutuhkan pengorbanan.
Sejujurnya, sederhana kenapa aku menulis ini. Aku juga seorang yang pernah mencintai, dan membenci pada saat yang sama. Bila dikhianati oleh cinta itu sendiri.
Lama aku termenung, mungkin aku harus menata diri, mengubur sedih yang kian menghitamkan hatiku.
“aku baik-baik saja.” Kataku mengelak dengan minum wine di hadapanku. Saat mulai hilang kesadaran aku berfikir, kenapa mabuk menjadi pilihan bagi mereka yang terkena masalah? Padahal mabuk hanya melupakan masalah sesaat, tak menyelesaikan masalah sama sekali. Apa bedanya menenggelamkan diri dalam kesibukan yang bernama “kerja” menikmati hidup, walau tahu masalah belum selesai, tapi kita perlahan memahami cinta yang menjadi masalah menjadi solusi dari masalah itu sendiri.
Aku tak akan membiarkan diriku mabuk, -batinku-. Mabuk akan terlena dalam kepalsuan sensasi sesaat lagi, dan tak akan menjebak diriku dalam perasaan semu lagi.
Cinta
Kau hendak ku kejar
Tapi kau malah menghilang
Saat kau kutemukan
Kau malah tenggelam dalam asa yang tak sempat ku raih
Cinta, mencintaimu
Bukan alasan mengakhiri hidupku yang berharga.
Meski aku harus melepasmu
Tapi cinta akan hadir untukku
dari pintu-pintu lain yang belum sempat tertutup
-by-
Minnie Josephine Widjaja
Aku bisa tersenyum hari ini, berharap esok akan hadir untukku membukakan kunci dihatiku, karena aku lelah menyimpan tangis yang tak kuungkapkan.









BAB I

“ Hmm... hari ini maaf banget gak bisa, ada acara keluarga dirumah, maaf yaa...bilang sama Boss ya...” Minnie mengelak saat rekan-rekan sekantornya mengajaknya pada perayaan kantor yang menang tender tadi siang.
“Jiaaah...! ga seru,” kata rekannya “ masa cuma berempat aja yang pergi?” kata Karren.
“Oww... please Minnie” Donna benar-benar memasang wajah memelasnya. Namun Minnie tetap pada pendiriannya.
“Lain kali aku ikut...yaah.. daaagh....!” Minnie melaju dengan sedannya meninggalkan empat rekannya dengan wajah kecewa di parkiran.
Hari ini sengaja pulang cepat, sebab acara tadi siang sangat tidak mengenakkan baginya. Bertemu kembali dengan mantan kekasih yang sudah bertahun-tahun menghilang tanpa kabar berita, benar benar membuatnya shock. Apalagi tadi siang terjadi perdebatan sengit antara dia dengan mantan yang cukup menguras energi dan emosinya. Karena berusaha mengesampingkan masalah pribadi dengan masalah pekerjaan.
“ Sakit! –batinnya- aku gak suka bertemu dia lagi, kenapa juga dia muncul lagi? Padahal dulu aku benar-benar mengharapkan kemunculannya? Kenapa sekarang dengan tampang tak berdosa muncul lagi?” seperti di duga, helaan nafas panjang, uring-uringan, yang terjadi meski malam itu sedang menonton tv. Namun moodnya memang tak bagus gara-gara debat tadi siang.
Di Kantor Minnie...
00:30           “sistem pengamanku bisa diterobos? Padahal anti spyware sudah kupasang. Port yang dipakai penyusup ga bisa terlacak. Dimana yah lubangnyaa...? *mikir* bisa semalam gw kerjanya..” Gun sedang pusing sendiri, sebagai Admin di kantor itu
00:39           Di suatu tempat di garis lintang dan bujur yang berbeda alias berada di negara lain “ Does he sign out yet?” pria itu duduk didepan laptopnya, memasukkan angka-huruf untuk menembus situs perusahaan online tempat Minnie bekerja.
00:50            “Ngopi dulu. ‘dia’ sudah tidur belum?Aku harus bereskan semua ini” Pria itu membuat kopi diruang sebelah sambil menggenggam ponsel.
01:10           “Masih menyala??!! Udah larut malam begini? Gawat ga bisa keluar, bisa sampai siang gw kerja... Apa jangan-jangan ketahuan kalo gw dari seminggu lalu sudah berusaha masuk???”
01:20           “Sialan! Bisa ditembus juga?? Gak bisa dibiarin nih...”
Dengan usaha maksimal, Ip berhasil diketahui malam itu.
01:30           “Yahoooiiiii!!! Bagus bisa masuk... it’s time to work guys...” ada tiga orang rekan nya bekerja dengan komputer berbeda. Dengan lampu yang temaram, seolah berkawan dengan gelapnya dunia yang mereka lakoni.
01:29            “Congratulation Minnie, dia mencoba masuk....! ku jebak aaah!” *enter*  pria itu menelpon minnie
“sudah tidur sayang?” kata pria itu dari ponselnya.
“iiih kodok ‘paan ganggu tidur orang malam-malam, ‘pa ga puas ketemu  tadi siang?” bentaknya
“honey... aku kangen kamu... mmmmuacch”
“hiiii... kodooooG paan ngomong aja da apaan? Ada perkembangan sama kasus kemarin??”
“Nah itu dia Minnie, ada yang coba masuk, neh lagi kerja”
“ sudah tau keberadaannya?”
“sudah, di wilayah APNIC! Hmm... tapi kayaknya nih orang coba masuk lagi.”
“oww...nakal ternyata. tertarik main Gun?” tantangnya “kalau berhasil kita makan-makan, aku yang traktir.”
“boleh sapa takut! Bye honey... met bobok yah... mmmuuuaach...!”klik.
01:40           “Sial! Passwordnya diganti lagi! Gak bisa masuk...” pria itu kemudian menelpon seseorang. “boss, kami ga bisa masuk terlalu tangguh untuk di lapisan ketiga. Passwordnya diganti”.
“ok mundur dulu, besok kita sambung.”
“ok boss..!” Namun detik-detik itu Gun telah menyerang , menginfeksi komputer mereka dengan virus terbaru pengembangan dari Minnie yang belum ada anti virusnya.        -send file complete-
“Boss komputer kita diserang!”
“Sial! Matikan cepat!”
“ Boss, terlambat, terinfeksi sempurna!” lesu pria itu melapor.
“Antivirus dan spyware kita tak bisa mengatasi yang ini, ini jenis baru.”
“Apa! Dobel sial kita!” monitor mereka menampilkan gambar ular melilit sebuah netbook. Saat mencoba membuka file, tak terlihat satupun file.“ instal ulang dulu.”
“pakai laptop ini dulu”
01:59            “Minnie, sudah tidur yah?”kembali Gun menghubungi Minnie, dengan  senyum lebar menghiasi wajahnya.
“Belum, kenapa? Bagaimana hasilnya?”
“Beres! Virusmu sukses masuk!”
“hahahaa... kabar terbaik yang pernah kudengar. Berapa ip addressnya?”
“ 202.57.255.xxx”
“hmmm... ok dapat!”
“ok dah!”
“yap benar!”
“sampai ketemu besok di kantor yah.”
“winn, gw datang telat yah ngantuk niih lembur sampai jam 2 lebih.”
“ok... bye thanks yaaa...!”
Gun, nama aslinya Guntur Perdana, hmm... gaya dan aksen bicaranya pada Minnie berbeda dengan rekan Minnie yang lain. Bertugas sebagai Admin di perusahaan itu. Bawahan Minnie langsung. Ok, Minnie  bertugas di sebuah perusahaan online yang lumayan besar yang bergerak di bidang alat-alat laboratorium, elektronika dan fashion... Menerima pemesanan dalam dan luar negeri, melalui PayPal, Mastercard, transfer antar rekening. Guntur didatangkan dari tim Hacker Minnie di Biro hukum tempat resmi Minnie bekerja. Mereka berdua dalam rangka tugas penyamaran menyelamatkan sebuah perusahaan yang terancam pailit. Namun secara pribadi Minnie sudah tertarik dengan perusahaan ini, apalagi hitung-hitungannya sudah masuk dalam kategori Minnie _nyengir_. Jadi diam-diam dia membeli perusahaan ini dengan mengatas namakan kakeknya.




BAB II
“Ceweee...kkk, mau makan siang bareng gw ga?” Steve direktur muda perusahaan itu, terlalu dekat dengan karyawan sehingga antara atasan dan bawahan tak terlihat ada garis pembatas.
 “Mau ya..mau...mau...mau!” ucapnya menirukan sebuah iklan dengan wajah penuh harap pada Minnie yang masih sibuk mencheck hasil kerja Gun semalam, mencari data pemilik Ip address itu.
“Tumben ngajak? Biasanya, kalo gw yang ngajak nolak terus” kata Minnie tanpa menatap bossnya dan masih tetap browsing di internet.
“Iyaaa... kan kemarin-kemarin sibuuk..” ucap Steve menggaruk kepalanya yang ga gatal.
“Sibuk apa diet?”
“Diet ?? Kejauhan mikirnya dah ceking gini mesti diet” kata Steve
Jawabannya barusan membuat Minnie menoleh.
“Haha... udah sadar ternyata dah kurus??”
“Iyaaa... udah. Yuk makan yuk!”kata Steve -ragu- “ ntar malam kita klubbing mau ga, gw liat habis debat kemarin ga enak banget muka loe waktu pulang”
“hahahha... udah gapapa ko skarang, tenang aja yah...!” Minnie mensave hasil data yang diperolehnya dan mematikan komputer, lalu mereka pergi.
“suit..suiiit dah akur nie...” Steven dan Minnie menoleh ke sumber suara.
“akur apanya?” tanya minnie
“pan kemaren loe berdua debat parah banget habis presentasi..”
“kemarin aku Cuma menyatakan ketidak setujuanku ma cara Steve yang ga profesional.”
“Ga profesional??” tanya Steve
“lyaa, tender sebesar itu masa diserahkan sama yang masih kecil? Emang mereka bisa menjaga kualitas? Bagaimana jika klien kecewa. Halaaaah terima aja deeh gw benar.” Cerocos Minnie
“Oow... gw ga ikutan yaah daaagh!” keduanya Karren dan Jack menyingkir dari meja Minnie.
“Kan biar irit biaya, paling mutunya beda-beda tipis lah.”
“Tidak, kamu mau merusak kepercayaan mereka? Kalau mau ya silahkan, mereka komplain, apa jawabmu? Mereka meninggalkanmu dan mengajak yang lain untuk hengkang bagaimana? Jika mereka pergi ke saingan kita, gimana? Dan ga membeli produk kita lagi? Ingat kualitas dan servis diatas segalanya!”
Agak terpana Steve memandang Minnie,
“Woiii! loe dengar gw kan, Bosss!”
“hmmm... gw jadi tertarik buat mecat loe!” kata Steve dingin, dengan muka merah padam.
“Hahaha... mang loe fikir gw takut? Ok gw bakal resign! Besok lo terima surat pengunduran diri gw. Nyesal gw dah bantu perusahaan ini.!” Minnie mengambil serbet nengelap mulutnya lalu melemparkannya ke meja, kemudian pergi begitu saja. Diikuti pandangan karyawan-karyawan lain yang masih makan siang.
Minnie menelpon Gun.. agak panik terlihat.
“Gun, sekarang tugas loe mengawasi nih perusahaan. Bossnya anti kritikan dan gw bener-bener gak suka.. masa ya tender gede dikasi orderan sama yang kecil, Qualitynya kan ga bisa di jaga...”
“hmmm.. loe masi emosi nih...”terdiam sejenak
“Tarik nafas dalam-dalam.. tahan..8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, buahg.” Kata Gun mencoba menenangkah
“thanks...”
“Sama-sama. Apa kamu mau aku melapor ke pusat?”
“ Nggak usah, aku bisa sendiri.tapi aku usahakan kerjaan kita beres hari ini.” Kata Minnie.
Usai jam istirahat, Minnie berkutat di komputernya menyelesaikan misi pencarian yang tadi tertunda. Lalu meminta informasi lengkap tentang penyusup dan memberikannya ke pusat.. Tugasnya selesai sudah pukul 8 malam. Pusat, firma hukum tempatnya bekerja menindak lanjuti.
Lalu memprint surat pengunduran dirinya malam itu juga serta berkemas-kemas membereskan barangnya.
Gun membantunya.
“Gw dengar saham perusahaan ini udah lepas dari tangan keluarga Steve.” Kata Gun memecahkan kesunyian malam yang muram.
“Iya”
“Bukannya Susanto Widjaja itu kakekmu?”
“lalu?”
“kalau menurutmu dia ga kompeten menjalankan perusahaan ini kenapa ga melapor aja?”
“udah tau kok.Tapi, tunggu aja tindakan kakek, aku ga mau ikut campur.”
“Bukti keberadaan mereka mencoba menyusup kesini sudah ada, kata Boss memang kita harus resign dari sini.”
“Begitu”
“Napa? Berat yaaaa ninggalin karren?? Hahaha” Minnie tertawa lepas “loe jadian aja sama Karren biar gw jg bisa sering-sering kesini, gimana?”
“Hihii tau ajaa....” wajah Gun mulai memerah seperti tomat karena malu.
Esok hari
Minnie menyerahkan surat pengunduran dirinya pada Steve dan pamit pada rekan-rekannya.
“Ok, Steve, ini surat pengunduran diri gw. Maaf, kalo gw merepotkan loe.” Kata Minnie
Steve yang sedang memeriksa berkas tertegun.
“Jadi loe beneran resign?” setengah tak percaya steve memandangi perempuan berusia 23 tahun didepannya.
“Iya, tampaknya gw tidak dibutuhkan lagi disini, hyaaa kan loe pengen gw pergi, lagian tugas gw udah selesai kok.” Tersenyum yang dipaksakan terpasang di wajah Minnie.
“ow...oke lah kalo begitu *warteg mode-on*”
Minnie pergi menjauh.














BAB III

Keberadaanmua adalah misteri bagiku
Sumber teka-teki hidupku.
Dan kamu
Adalah nafas dari teka-teki hidupku
Akan kutemukan kamu dan jawaban teka-teki itu.
Perempuan itu berdiri di depan pintu no 1105 tepatnya, merogoh kantong, mencari-cari sesuatu didalam tasnya, raut wajah kesal dan setengah putus asa terpancar diwajahnya, dan sesaat tertegun dan mematung berfikir
“sial!!! Kunci itu tadi pagi kuletakkan di laci kantor!” gumamnya dengan dahi bekerut.
Lalu dengan langkah gontai menuju lif dan menekan tombol lantai 1 menuju lobby.
“ Rin, aku pinjam kunci cadangan untuk kamar 1105, kunciku ketinggalan dikantor”
“sebentar ya mbak.”
Receptionist pergi ke belakang mengambil kunci dalam lemari yang memang khusus untuk kunci-kunci di apartemen itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar